Memilih Pekerjaan Sesuai Bakat Minat
Berabad-abad lampau, orang-orang dari berbagai belahan dunia tidak memiliki beragam pilihan
untuk pekerjaan mereka. Seseorang bekerja sebagai petani, penggembala
sapi atau tukang kayu karena itulah satu-satunya jenis pekerjaan yang
tersedia saat itu. Beragam pilihan pekerjaan merupakan suatu fenomena
sosial yang relatif baru.
Struktur masyarakat abad lampau yang relatif kaku
kemudian mulai lebih fleksibel pada abad pertengahan. Kehidupan sosial
pun mulai terbuka terhadap budaya luar. Pendidikan tinggi bukan lagi
menjadi hak golongan bangsawan saja sehingga secara tidak langsung
masyarakat awam mulai memiliki pilihan jenis pekerjaan yang lebih
banyak.
Kerja mulai dipahami sebagai tempat sosial dimana
manusia menggunakan bakat-bakat yang dimiliki untuk melayani sesama,
tidak lagi semata-mata dalam rangka memenuhi kebutuhan finansial
keluarga. Manusia mulai sadar memiliki kebutuhan yang tidak bisa
dipenuhi secara mandiri sehingga dirasakan perlunya komunitas yang
didalamnya orang-orang saling bergantung. Setiap orang harus
mempergunakan bakat yang dimilkinya untuk melayani orang lain, demikian
pula sebaliknya. Sehingga, secara bersama-sama setiap orang membangun
masyarakat sebagai suatu sistem yang saling mendukung.
Dengan kosep kerja seperti ini, kita kemudian
berpikir tentang dua hal mendasar bagaimana memilih suatu pekerjaan.
Pertama, pekerjaan dipilih berdasarkan minat dan bakat yang kita miliki.
Meskipun terdengar sederhana, namun faktanya menemukan minat dan bakat
adalah suatu proses yang sulit karena kita lahir tanpa membawa rincian
tentang ketertarikan dan kemampuan bawaan.
Ada banyak orang ketika harus menentukan pilihan
pekerjaan, belum memiliki gambaran yang jelas tentang minat dan bakat
yang dimiliki. Sehingga yang terjadi adalah bukan kita yang memilih
pekerjaan tetapi pekerjaan yang memilih kita. Kalau ini yang terjadi,
pastilah pekerjaan dipandang sebagai suatu beban karena pekerjaan yang
tidak sesuai minat dan bakat pasti bukan sesuatu yang menyenangkan.
Setiap orang butuh proses untuk menemukan minat dan
bakatnya. Meskipun interval waktu dalam proses itu tidak seragam,
setiap orang bisa memulainya dengan merenungkan berbagai pengalaman masa
lalu yang dimiliki. Pertanyaan-pertanyaan berikut biasanya akan
menolong kita. Apakah saya termasuk orang yang senang bekerja dalam tim
atau sendiri? Dalam bidang apa saya memiliki ketertarikan? Matematika,
biologi, bahasa, musik, makanan, komputer, mesin, keuangan? Dengan hal
apa saya lebih senang bekerja? Angka, kata, manusia, mesin, komputer,
benda hidup? Apakah saya lebih senang dengan pekerjaan yang terstruktur
atau yang lebih bebas namun bertanggung jawab? Dan berbagai pertanyaan
penolong lainnya yang dapat dikembangkan. Konseling kepada pakarnya juga
sangat berguna untuk menyelesaikan proses tersebut.
Pada dasarnya, pendidikan tidak semata dalam rangka
memperluas pengetahuan tetapi juga mengarahkan pada penemuan minat dan
bakat. Idealnya, pilihan pendidikan tinggi adalah dalam rangka mengasah
minat dan bakat sehingga ketika selesai, kita bekerja sesuai dengan
bidang yang ditekuni selama di pendidikan tinggi. Tidak ada kata
terlambat untuk menemukan minat dan bakat. Bertahan untuk bekerja tidak
sesuai dengan minat dan bakat sama saja memadamkan gairah dari separuh
sisa hidup kita.
Namun, kurangnya pengenalan diri bukan merupakan
satu-satunya masalah dalam memilih pekerjaan. Keserakahan , kesombongan
atau iri hati bisa menggelapkan penglihatan kita tentang siapa diri
kita. Boleh jadi kita memilih pekerjaan tertentu karena gajinya,
prestise sosialnya atau sekedar membuktikan bahwa kita bisa lebih baik
dari orang lain. Pekerjaan menjadi seorang ilmuan atau peneliti yang
didasarkan pada ketertarikan terhadap intelektual bukan menjadi suatu
pilihan karena tidak mendatangkan kekayaan materi. Padahal komunitas
tempat kita berdiri bergantung pada pelayanan dari kekayaan intelektual
kita.
Hal mendasar kedua dalam memilih pekerjaan adalah
pekerjaan kita haruslah mendatangkan kebaikan bagi sesama. Sebagai
bagian dari suatu komunitas yang saling bergantung, kita seharusnya
memberikan kontribusi positif bagi komunitas melalui pekerjaan kita.
Meskipun pekerjaan kita saat ini telah sesuai dengan minat dan bakat
kita, nilailah apakah manfaat dari pekerjaan kita bisa dirasakan orang
lain.
Tidak ada yang salah dengan politikus
karena kita masyarakat umum bergantung pada pemikiran mereka dalam
mengarahkan kehidupan bernegara. Akan jadi salah jika pekerjaan politikus itu hanya dipandang sebagai upaya memperkaya diri ketika memangku jabatan. Maka dalam hal ini, politikus
tak ubahnya seperti bayak tikus yang demi mengenyangkan perutnya,
menggerogoti dinding dan menimbulkan kerugian bagi pemilik rumah. Politikus yang seperti tikus ini sebaiknya mundur dan mengganti pekerjaannya menjadi tukang sampah karena
jauh lebih mulia. Demikianlah seharusnya, pekerjaan kita adalah dalam
rangka melayani dan mendatangkan kebaikan bagi orang lain.
Bekerjalah dengan mengusahakan kesejahteraan negeri
dimana kita ada, karena dengan bekerja demikian kita tidak hanya
membuat sisa hidup kita bergairah tetapi negeri ini mendapatkan manfaat
dari hidup kita. Seorang yang bekerja bukan dengan minat dan bakatnya
serta tidak mendatangkan kebaikan bagi orang lain sama saja menempatkan
hidupnya sebagai sebuah petaka. (Jose Hasibuan)
sosbud.kompasiana.com/.
- dirapikan lagi tulisannya
BalasHapus- sesuaikan warna tulisan, font & warna latar agar pembaca dapat mudah memahami isi artikel anda